Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pengertian Apersepsi, Sejarah, Tujuan dan Strategi Penerapannya

Pengertian 

Apersepsi selalu dikaitkan dengan kegiatan awal pembelajaran. Apersepsi berasal dari kata apperception yaitu menafsirkan buah pikiran. 

Proses apersepsi  melibatkan proses menggabungkan atau mengasimilasikan pengamatan oleh  pancaindra dengan pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi juga termasuk dalam proses berpikir, yaitu proses menanggapi rangsang yang telah diberikan kemudian ditafsirkan dan diolah dalam suatu susunan kategori (Nasution, 2010). Apersepsi merupakan proses menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang akan dipelajari, serta proses membawa dunia mereka (kondisi mental dan fisik) memasuki dunia kita (kegiatan pembelajaran).

Apersepsi dalam belajar mengajar di kelas
Apersepsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide baru. Maksudnya adalah, apersepsi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian dan memberikan semangat kepada murid-muridnya agar bisa fokus dalam ilmu atau pengalaman baru yang akan disampaikan oleh guru.

Sejarah Apersepsi

Orang pertama yang mengenalkan Teori Apersepsi adalah Johann Friedrich Herbart (1776-1841). Herbert yang berasal dari Jerman adalah seorang psikolog, filsuf dan juga seorang guru yang ahli. Pemikirannya yang mengagumkan dia kembangkan pada masalah-masalah pendidikan. Pemikiran tersebut kemudian dikenal dengan nama Teori Apersepsi atau Teori Herbartisme. Awalnya Herbart juga merasakan bahwa interaksi antara guru dan peserta didik terjadi proses yang sangat dinamis dan kompleks sehingga sulit dijelaskan secara sederhana. Inilah salah satu alasan banyak proses belajar yang bermuara pada kegagalan belajar peserta didik. Filosofi mendasar pandangan Herbert tentang Teori Apersepsi mengatakan bahwa manusia adalah makhluk pembelajar. Sifat dasar manusia adalah memerintah dirinya sendiri, lalu melakukan bereaksi atau bereaksi terhadap instruksi yang berasal dari lingkungannya, jika dia dibekali oleh dorongan atau rangsangan khusus. Apabila semua guru memahami konsep bahwa setiap individu atau manusia adalah makhluk pembelajar maka akan muncul paradigma yang menyatakan bahwa para peserta didik didalam kelas adalah mahluk para mahluk yang sebenarnya siap untuk belajar.

Teori Apersepsi Johann Friedrich Herbart
Johann Friedrich Herbart
Tujuan Apersepsi

Secara umum, tujuan apersepsi dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: 

  • Membawa peserta didik untuk menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru. Cara ini merupakan batu loncatan agar bisa mengetahui sejauh mana murid-murid menguasai pelajaran lama dan bisa menyerap pelajaran baru dengan mudah.
  • Apersepsi sangat penting untuk mengetahui kesiapan peserta didik dalam belajar. Dalam hal ini, guru berusaha mengkondisikan murid-muridnya agar nyaman dan konsentrasi pada materi baru. Dengan cara tersebut, guru dapat lebih memastikan jika semua peserta didik sudah siap dalam menerima pembelajaran baru.

Strategi dalam Menerapkan Apersepsi

Beberapa apersepsi yang bisa dilakukan saat kegiatan belajar, antara lain:

1. Tepuk Tangan

Tepuk tangan merupakan salah satu apersepsi yang bisa dilakukan dalam proses belajar mengajar. Sebagai seorang guru bisa mengajak peserta didik bermain tepuk tangan pramuka, tepuk tangan lima jari, hingga tepuk tangan tiga jari.

2. Bermain Teka-teki dan Permainan Kecil Lainnya

Permainan teka-teki juga dapat dilakukan dalam menarik perhatian peserta didik. Sebagai contoh, kamu bisa memberikan tebak-tebakan nama hewan yang berawalan dari huruf A, B, C, dan seterusnya.

3. Membuat Kuis Singkat

Membuat sejumlah kuis singkat juga dapat dilakukan dalam apersepsi. Disarankan untuk membuat kuis singkat yang berkaitan dengan materi pelajaran sebelumnya, agar peserta didik kembali 'merefresh' ilmu yang telah dipelajarinya.

4. Bernyanyi

Sebelum memulai pelajaran baru, para guru dapat mengajak peserta didiknya untuk bernyanyi sambil seru-seruan. Pada umumnya, kegiatan bernyanyi ini cukup efektif diterapkan untuk murid TK dan kelas 1-2 SD.

Meski begitu, kegiatan bernyanyi juga bisa dilakukan untuk murid kelas 3 SD ke atas. Caranya adalah dengan menghubungkannya ke materi pelajaran baru.

Sebagai contoh dalam kelas bahasa Inggris, agar para murid lebih fasih dalam berbicara maka cobalah diajak bernyanyi dengan membawakan sejumlah lagu berbahasa Inggris.

5. Menampilkan Video yang Berkaitan dengan Materi

Di era teknologi yang semakin maju, guru juga dapat menampilkan berbagai video menarik dan edukatif yang berkaitan tentang materi pelajaran baru. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian murid-murid agar lebih semangat dan fokus dalam mempelajari materi selanjutnya.

Baca juga : Refleksi

Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan


Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Pengertian Apersepsi, Sejarah, Tujuan dan Strategi Penerapannya"